
Sejak diresmikan pada 23 November 2016 oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini hingga kini, belum ada event kejuaraan hoki nasional apalagi internasional digelar di Lapangan Hoki Dharmawangsa Surabaya.
Padahal lapangan hoki dibangun dengan anggaran fantastis itu telah berstandar internasional.
Lapangan berlapis rumput sintetis yang lentur dan halus. Khusus didatangkan dari Australia. Itu dari sisi pemanfaatan untuk kejuaraan. Sejumlah tim dari kota dan kabupaten seluruh Jatim bertanding di lapangan itu. Hal lain yang kini menjadi catatan adalah tidak maksimalnya pemanfaatan fasilitas olahraga berstandar internasional itu.
Meski digratiskan, namun warga Surabaya dan atlet hoki yang hendak berlatih malam hari tidak bisa dipenuhi.
Hingga saat ini, lapangan yang bikin bangga Surabaya ini tidak bisa digunakan saat malam.
Para atlet dan pecinta hoki atau yang tergabung dalam Klub Hoki Surabaya harus berebut waktu latihan sebelum pukul 18.00.
“Latihan kami dibatasi sampai maghrib karena lampu belum siap digunakan malam hari. Katanya lampu lapangan masih dalam proses perbaikan,” kata Adi Purwanto dari Pengurus Federasi Hoki Indonesia (FHI) Jatim.
Saat ini ada sebanyak 13 klub hoki di Surabaya yang mendapat jatah latihan di lapangan hoki berskala internasional itu.
Namun mereka harus memaksimalkan waktu latihan untuk tidak sampai melewati Magrib.
Belum ada kelompok masyarkat yang belum tergabung dalam FHI Surabaya bisa latihan di lapangan tersebut.
Begitu ketatnya persyaratan di olahraga khusus ini. Meski selalu disampaikan bahwa masyarakat sekitar bisa memanfaatkan lapangan hoki internaisonal itu.
Nyatanya hingga saat ini belum ada masyarakat sekitar Karangmenjangan atau Dharmawangsa yang memanfaatkan lapangan bertaraf internasional itu.
Sepatu dan stik hoki disarankan khusus untuk bermain hoki.
Akibat terkendala lampu lapangan, saat ini para atlet dan anggota klub mengeluhkan masa latihan yang dibatasi sebelum pukul 18.00 WIB.
Padahal latihan malam bagi atlet dan pecinta hoki Surabaya sangat tepat.
Karena dibatasi Jika saat latihan belum sesai namun sudah Magrib, para anggota Club dan atlet memahami. pengelola Lapangan Hoki menyebutkan bahwa setiap bulan membayar listrik Rp 3 jutaan.
Selain biaya listrik juga ada biaya air yang mencapai Rp 2 jutaan per bulan.
Ruby Yuswanto, pengurus FHI Jatim beharap masalah lampu segera dicarikan solusi.
Menurutnya warga dan atlet Surabaya lebih suka berlebih malam hari ketimbang siang. Jika lampu lapangan berfungsi maksimal, atlet dan pecinta hoki Surabaya lebih senang latihan malam hari. Selain waktu menjadi lebih bekualitas karena total latihan.
